+62 812 1918 6911 info@pmsm.or.id

Oleh : DR. ACHMAD S. RUKY

Seorang rekan seprofesi dan sahabat saya, Didik Kuntadi, pakaian itu hanya “bungkus”, yang penting isinya. Tetapi sebuah pribahasa Belanda yang berbunyi: “Kleren Maken De Mens” (Ingeris: “Clothes Make A Man”) mengajarkan bahwa  “potongan” dan keserasian pakaian yang dikenakan seorang pria akan menentukan kesan orang terhadap pria tersebut. Sekarang kita tahu mengapa para pendiri bangsa dan negara kita sprt Bung Hatta, Dr. Wahidin, dan M.H. Thamrin selalu berpakaian rapih dengan jas dan dasi. Apalagi Bung Karno dengan stelannya yang khas yang dalam Pilpres tahun 2014 lalu ditiru oleh Capres dan Cawapres nomor 1. Dalam foto2 lama, para pria dan wanita Belanda, Pribumi dan Cina juga selalu terlihat berpakaian rapi. Rupanya mereka memegang ajaran tersebut. Saat ini, pakaian era 1850 -1950 sudah ditinggalkan oleh para pejabat dan politisi. Selain untuk memberikan citra sederhana juga karena suhu bumi yang semakin panas. Kalau pakai jas dan sejenisnya di luar ruangan ber AC akan terasa sangat tidak nyaman.

Berpakaian TEPAT dan RAPI adalah sebuah tuntutan bagi para profesional. Pakaian yang tepat adalah pakaian yang tepat untuk profesi masing2 dan sesuai dengan harapan orang. Pakaian teknisi mesin dan pakaian pengacara, eksekutif bank dan birokrat pasti berbeda. Bagaimana dengan pakaian santai? Di Singapura, orang pakaian santai yang datang ke kantor2 pemerintah untuk mendapat pelayanan atau melewati petugas Imigrasi di bandara tetap dilayani dengan baik. Tetapi di Indonesia, masih banyak instansi pemerintah yang berkeberatan bila ada tamu yang berpakaian santai (kasual). Seorang eksekutif Ingeris berceritera pada saya bahwa tiap kali ia masuk ke negara-negara Asia termasuk Indonesia akan berpakaian jas-dasi agar diperlakukan dengan ramah oleh petugas Imigrasi. Tetapi dari pengalaman pribadi saya, hal itu juga terjadi di Ingeris, negara2 Eropa dan  Arab. Kalau saya ke Arab Saudi untuk Umroh pun saya memakai jas “blazer” diluar baju koko. Hasilnya adalah bahwa sikap petugas imigrasi Arab Saudi pun lebih ramah. Ternyata “bungkus” pun masih tetap penting Bro.